RUANG LINGKUP
ILMU TAUHID
A.Aqidah
Pokok
Obyek materi
pembahasan mengenai aqidah pada umumnya adalah Arkan Al-Iman, yaitu:
1.
Iman
kepada Allah swt.
2.
Uman
kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti
Jin, iblis dan syaitan).
3.
Iman
kepada kitab-kitab Allah
4.
Iman
kepada Rasul Allah
5.
Iman
kepada hari akhir
Aqidah Islam berawal dari keyakinan
kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat,
sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan
dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.
Aqidah pokok yang perlu dipercayai
oleh tiap-tiap muslimin, yang termasuk unsur pertama dari unsur-unsur keimanan
ialah mempercayai
1. Iman kepada Allah swt.
Pengertian iman kepada Allah ialah:
1)
Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
2) Membenarkan dengan
yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk
seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
3) Membenarkan dengan
yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari
menyerupai segala yang baharu (makhluk).
Allah zat yang maha mutlak itu,
menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai
Tuhan disebut ketuhanan.
Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 163.
Terjemahnya:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
Dengan demikian setelah kita
mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah
kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya,
mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di
muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah swt.
a. Dua Puluh Sifat Wajib Allah
1.
Wujud (Ada)
2.
Qidam
(Dahulu)
3.
Baq’ (Kekal)
4.
Mukhalafatuhu lil
hawaditsi (Berbeda, tidak menyerupai apapun)
5.
Qiyamuhu
binafsihi (Berdiri sendiri)
6.
Wahdaniyah (Tunggal)
7.
Qudrat (Kuasa)
8.
Iradah (Berkehendak)
9.
‘Ilmu (Mengetahui)
10. Hayat (Hidup)
11. Sama’ (Mendengar)
12. Bashar (Melihat)
13. Kalam (Berfirman)
14. Qadiran (Selalu Berkuasa)
15. Muridan (Selalu Berkehendak)
16. ‘Aliman (Yang Mengetahui)
17. Hayyan (Yang Hidup)
18. Sami’an (Yang Selalu Mendengar)
19. Bashiran (Yang Selamanya Melihat)
b. Dua Puluh Sifat Mustahil Allah
1.
Adam (Tidak
Ada)
2.
Huduts (Baru)
3.
Fana’ (Tidak
Kekal, Binasa)
4.
Mumatsalatuhu lil
hawaditsi (Menyerupai Sesuatu)
5.
Ihtiyajuhu li
ghayrihi (Tidak Berdiri Sendiri)
6.
Ta’addud (Berbilang)
7.
‘Ajz (Lemah)
8.
Karahiyah (Tak
berkehendak, Terpaksa)
9.
Jahl (Bodoh)
10. Mawt (Mati)
11. Shamam (Tuli)
12. ‘Umyu (Buta)
13. Bakam (Bisu)
14. Ajizan (Selalu Lemah)
15. Mukrahan (Yang Terpaksa)
16. Jahilan (Yang Bodoh)
17. Mayyitan (Yang Mati)
18. Ashamma (Yang Tuli)
19. A’ma (Yang Buta)
2.
Iman Kepada
Malaikat-Malaikat-Nya
Beriman kepada malaikat ialah
mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak
pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah
beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan
rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
Malaikat selalu memperhambakan diri
kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat
maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Firman Allah swt. QS. Al-Anbiya (21): 27
“Mereka itu tidak mendahului-Nya
dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.”
Di antara nama-nama dan tugas
malaikat adalah:
1. Malaikat
Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul
2. Malaikat Mikail, bertugas
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin menurunkan
hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
3. Malaikat Israfil, bertugas meniup
terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
4. Malaikat Maut
(Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
5. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik manusia
6. Malaikat Atid
bertugas mencatat amal buruk manusia.
7. Malaikat
Munkar bertugas menanyakan amal manusia di kubur
8. Malaikat
Nakir bertugas menanyakan amal manusia di kubur
9. Malaikat
ridwan bertugas menjaga surga.
Dengan beriman kepada
malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan
Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu
berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu
mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
3.
Iman kepada
kitab-kitab Allah SWT
Keyakinan kepada kitab-kitab suci
merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman
kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa
kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan
dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk
akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat.
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani
kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan
tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun
berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai
sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya
saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan
Zabur kepada Daud.
Kitab-kitab Allah yang diturunkan
sebelum kitab suci Al-Qur’an tidak bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi
hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak berlaku sepanjang masa.
Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan
kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan
jaminan terhadap Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab suci umat
Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad selama masa kerasulannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang
mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi penyempurna,
kelebihan Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi
Selain menurunkan empat kitab suci,
Allah juga menurunkan Shuhuf(lembaran) kepada Nabi lainnya, yaitu:
1.
Nabi Adam mendapat 10 shuhuf.
2.
Nabi Syits mendapat 50 shuhuf.
3.
Nabi Idris mendapat 30 shuhuf.
4.
Nabi Ibrahim mendapat 30 shuhuf(versi lain menyebutkan
10 atau 20 shuhuf).
4.
Iman kepada Nabi
dan Rasul
Beriman kepada Rasul-Rasul Allah
ialah meyakini bahwa Allah telah memilih beberapa orang diantara manusia,
memberikan wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul)
untuk membimbing manusia kejalan yang benar.
Mereka diutus Allah untuk
mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidak, membimbing cara beribadah dan memperbaiki
akhlak manusia yang rusak. Beiman kepada Rasul cukup secara global (Ijmal) dan
yang wajib diketahui ada 25 Rasul, Yaitu :
1.
Nabi Adam a.s
2.
Nabi Idris a.s
3.
Nabi Nuh a.s
4.
Nabi Hud a.s
5.
Nabi Shaleh a.s
6.
Nabi Ibrahim a.s
7.
Nabi Luth a.s
8.
Nabi Ismail a.s
9.
Nabi Ishaq a.s 10. Nabi Ya’qub a.s
11.
Nabi Yusuf a.s
12.
Nabi Ayub a.s
13.
Nabi Syu’aib a.s
14.
Nabi Musa a.s
15.
Nabi Harun a.s
16.
Nabi Zulkifli a.s
17.
Nabi Daud a.s
18.
Nabi Sulaiman a.s 19. Nabi Ilyas a.s
20.
Nabi Ilyasa’ a.s
21.
Nabi Yunus a.s
22.
Nabi Zakaria a.s
23.
Nabi Yahya a.s
24.
Nabi Isa a.s
25.
Nabi Muhammad SAW
Masalah yang masih
diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah
mengenai jumlah. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama
mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari sejumlah itu yang
diangkat menjadi Rasul ada 313 orang.
5.
Iman kepada Hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah
keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian
kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya
dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak
diragukan lagi.
Firman Allah
SWT. QS. An-Nisa (4): 87.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada
keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya)
daripada Allah.”
Hari kiamat (Hari Akhirat) ialah
kehancuran alam semesta segala yang ada didunia ini akan musnah dan semua
makhluk hidup akan mati, selanjutnya akan berganti dengan yang baru yang
disebut Alam Akhirat. Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai akan adanya
hari tersebut dan kehidupan sesudah mati serta beberap hal yang berhubungan
dengan hari kiamat. Seperti kebangkitan dari kubur, Hisab (Perhitungan Amal),
Sirat (Jembatan yang terbentang diatas punggung neraka), Surga dan Neraka.
Kapan hari kiamat akan datang, tidak seorangpun yang tahu dan hanya Allah saja
yang mengetahui. Manusia hanya diberi tahu melalui tanda-tandanya sebelum hari
kiamat tiba.
6.
Iman kepada qada
dan qadar
Rukun iman keenam ialah iman kepada
qada’ dan qadar. Qada ialah kepastian, dan qadar adalah ketentuan. Beriman
kepada Qada dan Qadar maksudnya adalah setiap manusia wajib mempunyai niat dan
keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja ataupun tidak
telah ditetapkan oleh Allah.
Sejak zaman azali, ketentuan itu
telah ditulis didalam Lauh Muhfuzh (papan tulis yang terpelihara). Jadi, semua
yang sudah, sedang dan akan terjadi di dunia ini semuanya sudah diketahui oleh
Allah SWT.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan
kepada qada dan qadar, ini antara lain:
1.
Melahirkan
kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan
sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
2.
Mendorong
manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan
baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat dari Allah SWT.
3.
Mendorong
manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
4.
Menanamkan
sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa berusaha dan
berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan kepada Allah SWT.
5.
Mendatangkan
ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena menyakini apapun yang terjadi
adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT,
B. Aqidah cabang
Aqidah cabang adalah cabang-cabang
aqidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman yang
enam. Setelah berakhirnya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab umat Islam
tidak dapat menahan diri dengan apa yang telah dijaga bersama. Kemudian muncul
kemelut yang pada klimaksnya melahirkan peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin
Affan (Tahun 345-656 M) oleh para pemberontak yang sebagian besar dari Mesir
yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.
Memang secara lahir nampak peristiwa
adalah persualan politik yang berkembang menjadi persoalan Akidah (Teologi)
yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi dengan pandangan dan pendapat
yang berbeda-beda. Pada masa umat Islam tidak mampu lagi mempertahankan
kesatuan dan keutuhan akidah, karena masing-masing berusaha membuka persoalan
akidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing-masing kelompok membawa
keluar persoalan Akidah untuk dilepaskan bersama kelompoknya sehingga muncul
pemahaman versi kelompok tersebut.
Maka lahir cabang-cabang
akidah yang pemahaman bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman misalnya
rukun iman yang pertama (iman kepada Allah) muncul perbedaan pendapat
(ikhtilaf) dalam membicarakan zat tuhan, sifat tuhan, dan af’a,al (perbuatan)
tuhan. Persoalan yang muncul dalam masalah iman kepada malaikat separti, apakah
iblis termasuk golongan dari mereka. Dalam mempercayai kitab Allah juga muncul
persoalan yang diikhtilafkan seperti apakah kitab (wahyu) itu malaikat
(diciptakan) atau bukan makhluk sehingga bersifat kekal (qadim). Mereka juga
berpendapat mengenai berapa jumlah Rasul atau Nabi yang pernah diutus oleh
Allah kebumi. Persoalan yang muncul dari keyakinan tentang hari kiamat
adalah balasan apakah yang akan diterapkan kelak pada hari kiamat, jasmani atau
hanya rohani saja. Adapun persoalan yang muncul disekitar masalah rukun iman
yang ke enam (iman kepada takdir) adalah apakah manusia mempunyai kebebasan dalam
berbuat ataukah sebaliknya.
Namun dalam kenyataannya karena
berkembangnya filsafat dikalangan kaum muslimin dan sebagainya menjadikan kaum
muslimin terusik untuk membicarakan perihal ketuhanan secara lebih luas melalui
kedalaman ilmunya sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda (ikhtilaf) dalam
sekitar pembahasan ketuhanan diantaranya mengenai Zat, sifat, dan
Af”al/perbuatan Tuhan. Dalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang
menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat bentuk jasmani/fisik. Golongan ini
disebut Mujassimah (orang-orang yang merumuskan Tuhan).
Sedangkan
masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat
atau tidak.
Dalam hal ini muncul 2 golongan
pendapat :
Pertama : Golongan Mu’atilah yang
diwakili oleh Golongan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikan tidak Esa. Mereka
meng Esakan Tuhan dengan mengosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat. Kedua :
Golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan (Asy’ariyah dan
Maturidiyah ) meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada
yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempunaan tidak akan
mengurangi ke Esaan-Nya Dan dalam masalah perbuatan/Af-Al Tuhan muncul
perbedaan cabang seperti ; apakah Tuhan mempunyai kewajiban berbuat. Golongan
Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban berbuat baik dan terbaik
bagi manusia (As Salah Al Asbah). Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah
(Asy’ariyah dan Maturidiyah) berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban
kepada makhluk-Nya. Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya
karena kalau Tuhan mempunyai kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan
kehendak Tuhan tidak mutlak.
Permasalahan
yang diikhtilafkan dalam persoalan kitab dikalanagan orang Islam ialah apakah
Al-Qur’an itu Qadim (kekal) atau hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan
Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah Qadim, bukan makhluk
(diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
tidak qadim karena Al-Qur’an itu diciptakan (makhluk).
Dalam persoalan
mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah
yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda
dalam memahami dan mempraktekannya Gilongan Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm
bin Sahfwan berpendapat bahwa takdir Allah berarti manusia memiliki kemampuan
untuk memilih, segala perbuatan dan gerak yang dilakukan manusia pada
hakikatnya adalah dari Allah semata, manusia menurut merekasama seperti wayang
yang digerakkan oleh ki dalang karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama
sekali dalam mewujudkan perbuatan-Nya. Pendapat lain bahwa manusia mampu
mewujudkan perbuatannya. Tuhan tidak ikut campur tangan dalam perbuatan manusia
itu dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena takdir Allah SWT. Golongan
mereka disebut Aliran Qadariyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al-Jauhari dan
Gharilan Al-Damsiki.
Koegocasino Casino: Best Casino Online For Bonuses, Free Spins クイーンカジノ クイーンカジノ 카지노 카지노 1xbet 1xbet 1XBET 1XBET 우리카지노 우리카지노 우리카지노 우리카지노 메리트카지노총판 메리트카지노총판 47 카지노 신규 몔굄 고고 사이돈있토
BalasHapus