Senin, 30 Juli 2012

Ruang Lingkup Ilmu Aqidah / Tauhid


RUANG LINGKUP ILMU TAUHID

A.Aqidah Pokok

Obyek materi pembahasan mengenai aqidah pada umumnya adalah Arkan Al-Iman, yaitu:

1.      Iman kepada Allah swt.
2.      Uman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti Jin, iblis dan syaitan).
3.      Iman kepada kitab-kitab Allah
4.      Iman kepada Rasul Allah
5.      Iman kepada hari akhir
6.      Iman kepada taqdir Allah.

Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.

Aqidah pokok yang perlu dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang termasuk unsur pertama dari unsur-unsur keimanan ialah mempercayai


1.     Iman kepada Allah swt.

Pengertian iman kepada Allah ialah:
1)     Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
 2)     Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
 3)     Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari   sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baharu (makhluk).

Allah zat yang maha mutlak itu, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai Tuhan disebut ketuhanan.
Firman Allah QS. Al-Baqarah (2): 163.
Terjemahnya:

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah swt.

a.      Dua Puluh Sifat Wajib Allah

1.      Wujud (Ada)
2.      Qidam (Dahulu)
3.      Baq’ (Kekal)
4.      Mukhalafatuhu lil hawaditsi (Berbeda, tidak menyerupai apapun)
5.      Qiyamuhu binafsihi (Berdiri sendiri)
6.      Wahdaniyah (Tunggal)
7.      Qudrat (Kuasa)
8.      Iradah (Berkehendak)
9.      ‘Ilmu (Mengetahui)
10.  Hayat (Hidup)
11.  Sama’ (Mendengar)
12.  Bashar (Melihat)
13.  Kalam (Berfirman)
14.  Qadiran (Selalu Berkuasa)
15.  Muridan (Selalu Berkehendak)
16.  ‘Aliman (Yang Mengetahui)
17.  Hayyan (Yang Hidup)
18.  Sami’an (Yang Selalu Mendengar)
19.  Bashiran (Yang Selamanya Melihat)
20.  Mutakalliman (Yang Senantiasa Berkata-kata)

b.      Dua Puluh Sifat Mustahil Allah

1.      Adam (Tidak Ada)
2.      Huduts  (Baru)
3.      Fana’ (Tidak Kekal, Binasa)
4.      Mumatsalatuhu lil hawaditsi (Menyerupai Sesuatu)
5.      Ihtiyajuhu li ghayrihi (Tidak Berdiri Sendiri)
6.      Ta’addud (Berbilang)
7.      ‘Ajz (Lemah)
8.      Karahiyah (Tak berkehendak, Terpaksa)
9.      Jahl (Bodoh)
10.  Mawt (Mati)
11.  Shamam (Tuli)
12.  ‘Umyu (Buta)
13.  Bakam (Bisu)
14.  Ajizan (Selalu Lemah)
15.  Mukrahan (Yang Terpaksa)
16.  Jahilan (Yang Bodoh)
17.  Mayyitan (Yang Mati)
18.  Ashamma (Yang Tuli)
19.  A’ma (Yang Buta)
20.  Abkam (Yang Bisu) 

2.     Iman Kepada Malaikat-Malaikat-Nya

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.

Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Firman Allah swt. QS. Al-Anbiya (21): 27

“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.”

Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:

1. Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul
2. Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
3. Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
4. Malaikat Maut (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
5. Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik manusia
6. Malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk manusia.
7. Malaikat Munkar bertugas menanyakan amal manusia di kubur
8. Malaikat Nakir bertugas menanyakan amal manusia di kubur
9. Malaikat ridwan bertugas menjaga surga.
10.Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka.

Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.


3.    Iman kepada kitab-kitab Allah SWT

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat.

Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.

Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Qur’an tidak bersifat universal seperti Al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan tidak berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan jaminan terhadap Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama masa kerasulannya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi penyempurna, kelebihan Al-Qur’an tidak dapat diragukan lagi

Selain menurunkan empat kitab suci, Allah juga menurunkan Shuhuf(lembaran) kepada Nabi lainnya, yaitu:

1.                   Nabi Adam mendapat 10 shuhuf.
2.                   Nabi Syits mendapat 50 shuhuf.
3.                   Nabi Idris mendapat 30 shuhuf.
4.                   Nabi Ibrahim mendapat 30 shuhuf(versi lain menyebutkan 10 atau 20 shuhuf).
5.                   Nabi Musa mendapat 10 shuhuf sebelum Taurat diturunkan.




4.    Iman kepada Nabi dan Rasul

Beriman kepada Rasul-Rasul Allah ialah meyakini bahwa Allah telah memilih beberapa orang diantara manusia, memberikan wahyu kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai utusan (Rasul) untuk membimbing manusia kejalan yang benar.

Mereka diutus Allah untuk mengajarkan Tauhid, meluruskan aqidak, membimbing cara beribadah dan memperbaiki akhlak manusia yang rusak. Beiman kepada Rasul cukup secara global (Ijmal) dan yang wajib diketahui ada 25 Rasul, Yaitu :

1. Nabi Adam a.s
2. Nabi Idris a.s
3. Nabi Nuh a.s
4. Nabi Hud a.s
5. Nabi Shaleh a.s
6. Nabi Ibrahim a.s
7. Nabi Luth a.s
8. Nabi Ismail a.s
9. Nabi Ishaq a.s 10. Nabi Ya’qub a.s
11. Nabi Yusuf a.s
12. Nabi Ayub a.s
13. Nabi Syu’aib a.s
14. Nabi Musa a.s
15. Nabi Harun a.s
16. Nabi Zulkifli a.s
17. Nabi Daud a.s
18. Nabi Sulaiman a.s 19. Nabi Ilyas a.s
20. Nabi Ilyasa’ a.s
21. Nabi Yunus a.s
22. Nabi Zakaria a.s
23. Nabi Yahya a.s
24. Nabi Isa a.s
25. Nabi Muhammad SAW

Masalah yang masih diperselisihkan dalam kaitannya dengan iman kepada para Nabi dan Rasul adalah mengenai jumlah. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah seluruhnya adalah 124.000 orang. Dari sejumlah itu yang diangkat menjadi Rasul ada 313 orang.


5.     Iman kepada Hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.

Firman Allah SWT. QS. An-Nisa (4): 87.

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.”

Hari kiamat (Hari Akhirat) ialah kehancuran alam semesta segala yang ada didunia ini akan musnah dan semua makhluk hidup akan mati, selanjutnya akan berganti dengan yang baru yang disebut Alam Akhirat. Iman kepada hari kiamat berarti mempercayai akan adanya hari tersebut dan kehidupan sesudah mati serta beberap hal yang berhubungan dengan hari kiamat. Seperti kebangkitan dari kubur, Hisab (Perhitungan Amal), Sirat (Jembatan yang terbentang diatas punggung neraka), Surga dan Neraka. Kapan hari kiamat akan datang, tidak seorangpun yang tahu dan hanya Allah saja yang mengetahui. Manusia hanya diberi tahu melalui tanda-tandanya sebelum hari kiamat tiba.


6.    Iman kepada qada dan qadar

Rukun iman keenam ialah iman kepada qada’ dan qadar. Qada ialah kepastian, dan qadar adalah ketentuan. Beriman kepada Qada dan Qadar maksudnya adalah setiap manusia wajib mempunyai niat dan keyakinan sungguh-sungguh bahwa segala perbuatan makhluk, sengaja ataupun tidak telah ditetapkan oleh Allah.

Sejak zaman azali, ketentuan itu telah ditulis didalam Lauh Muhfuzh (papan tulis yang terpelihara). Jadi, semua yang sudah, sedang dan akan terjadi di dunia ini semuanya sudah diketahui oleh Allah SWT.

Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada qada dan qadar, ini antara lain:

1.      Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
2.      Mendorong manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan baik di dunia maupun di akhirat, mengikuti hukum sebab akibat dari Allah SWT.
3.      Mendorong manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
4.      Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan kepada Allah SWT.
5.      Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena menyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah SWT,



B. Aqidah cabang

Aqidah cabang adalah cabang-cabang aqidah yang pemahamannya bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman yang enam. Setelah berakhirnya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab umat Islam tidak dapat menahan diri dengan apa yang telah dijaga bersama. Kemudian muncul kemelut yang pada klimaksnya melahirkan peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin Affan (Tahun 345-656 M) oleh para pemberontak yang sebagian besar dari Mesir yang tidak puas dengan kebijakan politiknya.

Memang secara lahir nampak peristiwa adalah persualan politik yang berkembang menjadi persoalan Akidah (Teologi) yang melahirkan berbagai kelompok dan aliran teologi dengan pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Pada masa umat Islam tidak mampu lagi mempertahankan kesatuan dan keutuhan akidah, karena masing-masing berusaha membuka persoalan akidah yang pada masa sebelumnya terkunci. Masing-masing kelompok membawa keluar persoalan Akidah untuk dilepaskan bersama kelompoknya sehingga muncul pemahaman versi kelompok tersebut.

 Maka lahir cabang-cabang akidah yang pemahaman bervariasi dari masing-masing aspek rukun iman misalnya rukun iman yang pertama (iman kepada Allah) muncul perbedaan pendapat (ikhtilaf) dalam membicarakan zat tuhan, sifat tuhan, dan af’a,al (perbuatan) tuhan. Persoalan yang muncul dalam masalah iman kepada malaikat separti, apakah iblis termasuk golongan dari mereka. Dalam mempercayai kitab Allah juga muncul persoalan yang diikhtilafkan seperti apakah kitab (wahyu) itu malaikat (diciptakan) atau bukan makhluk sehingga bersifat kekal (qadim). Mereka juga berpendapat mengenai berapa jumlah Rasul atau Nabi yang pernah diutus oleh Allah kebumi.  Persoalan yang muncul dari keyakinan tentang hari kiamat adalah balasan apakah yang akan diterapkan kelak pada hari kiamat, jasmani atau hanya rohani saja. Adapun persoalan yang muncul disekitar masalah rukun iman yang ke enam (iman kepada takdir) adalah apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berbuat ataukah sebaliknya.

Namun dalam kenyataannya karena berkembangnya filsafat dikalangan kaum muslimin dan sebagainya menjadikan kaum muslimin terusik untuk membicarakan perihal ketuhanan secara lebih luas melalui kedalaman ilmunya sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda (ikhtilaf) dalam sekitar pembahasan ketuhanan diantaranya mengenai Zat, sifat, dan Af”al/perbuatan Tuhan. Dalam masalah zat Tuhan muncul pendapat yang menggambarkan Tuhan dengan sifat-sifat bentuk jasmani/fisik. Golongan ini disebut Mujassimah (orang-orang yang merumuskan Tuhan).
Sedangkan masalah sifat Tuhan juga muncul persoalan, apakah Tuhan itu mempunyai sifat atau tidak.

Dalam hal ini muncul 2 golongan pendapat :

Pertama : Golongan Mu’atilah yang diwakili oleh Golongan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Dia adalah Esa, bersih dari hal-hal yang menjadikan tidak Esa. Mereka meng Esakan Tuhan dengan mengosongkan Tuhan dari berbagai sifat-sifat. Kedua : Golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah yang diwakili oleh golongan (Asy’ariyah dan Maturidiyah ) meyakini bahwa Tuhan mempunyai sifat yang sempurna dan tidak ada yang menyamai-Nya. Mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kesempunaan tidak akan mengurangi ke Esaan-Nya Dan dalam masalah perbuatan/Af-Al Tuhan muncul perbedaan cabang seperti ; apakah Tuhan mempunyai kewajiban berbuat. Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa Tuhan mempunyai kewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia (As Salah Al Asbah). Sebaliknya, golongan Ahlus Sunah Wal Jamaah (Asy’ariyah dan Maturidiyah) berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban kepada makhluk-Nya. Tuhan dapat berbuat sekehendak-Nya terhadap makhluknya karena kalau Tuhan mempunyai kewajiban berbuat berarti kekuasaan Tuhan dan kehendak Tuhan tidak mutlak.

Permasalahan yang diikhtilafkan dalam persoalan kitab dikalanagan orang Islam ialah apakah Al-Qur’an itu Qadim (kekal) atau hadis (baru). Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah Qadim, bukan makhluk (diciptakan). Sedangkan pendapat yang lain mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah tidak qadim karena Al-Qur’an itu diciptakan (makhluk). 

Dalam persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini adanya ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk yang ada dialam semesta ini. Namun berbeda dalam memahami dan mempraktekannya Gilongan Jabariyah yang dipelopori oleh Jahm bin Sahfwan berpendapat bahwa takdir Allah berarti manusia memiliki kemampuan untuk memilih, segala perbuatan dan gerak yang dilakukan manusia pada hakikatnya adalah dari Allah semata, manusia menurut merekasama seperti wayang yang digerakkan oleh ki dalang karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan perbuatan-Nya. Pendapat lain bahwa manusia mampu mewujudkan perbuatannya. Tuhan tidak ikut campur tangan dalam perbuatan manusia itu dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena takdir Allah SWT. Golongan mereka disebut Aliran Qadariyah yang dipelopori oleh Ma’bad Al-Jauhari dan Gharilan Al-Damsiki.

1 komentar:

  1. Koegocasino Casino: Best Casino Online For Bonuses, Free Spins クイーンカジノ クイーンカジノ 카지노 카지노 1xbet 1xbet 1XBET 1XBET 우리카지노 우리카지노 우리카지노 우리카지노 메리트카지노총판 메리트카지노총판 47 카지노 신규 몔굄 고고 사이돈있토

    BalasHapus